Pola Pembentukkan Sikap dan Perilaku


Sebagai makhluk sosial, perilaku kita banyak dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik dari dalam diri kita (organismic forces) maupun dari luar diri kita (environmental forces).

Kita berpikir, merasa, bersikap dan bertindak karena adanya rangsangan dari luar diri kita. Perilaku kita ditentukan oleh otak kita. Dengan 10 trilyun sel syarafnya, otak membantu kita menentukan apa yang kita pikirkan, rasakan, pelajari dan lakukan.

Perilaku apa dan bagaimana yang akan kita tampilkan ditentukan oleh korteks, lapisan teratas dari otak kita. Informasi dari luar masuk ke dalam diri kita lewat jalur inderawi (sensory pathways). Lewat mata, telinga, hidung, kulit dan lidah informasi tentang apa-apa yang terjadi di sekitar kita dan di dalam diri kita disampaikan. Selanjutnya korteks memproses informasi inderawi tersebut, dengan pertimbangan-pertimbangan kemampuan, logika dan moral, mengecek file memory yang ada apa yang harus dilakukan, pikirkan, atau rasakan dalam situasi-situasi tertentu. Apabila korteks telah memutuskan lalu memerintahkan lewat jalur motorik (motor pathways) ke otot-otot tubuh apa-apa yang harus dilakukan.

Sejak lahir hingga mati seseorang secara langsung atau tidak, akan mempengaruhi dan dipengaruhi oleh tingkah laku orang lain atau benda serta peristiwa di sekitarnya. Hanya lewat interaksi inilah seseorang (anak) akan menjadi dewasa dan mendapatkan kepribadiannya. Tanpa ini dia tak lebih dari seekor binatang. (Brown, 1969).

Sebagai sebuah lembaga sosial keluarga adalah lingkungan yang kuat sekali pengaruhnya (baik untuk hal-hal yang baik maupun yang jelek) dalam mengembangkan sifat-sifat dasar anak. Peranan keluarga penting sekali dalam mengubah seorang individu menjadi manusia, dari original nature ke human nature. Dalam keluarga kita dapati berbagai aktor/pelaku yang potensial untuk menjadi tokoh identifikasi diri seorang anak. Lewat identifikasi diri inilah terjadi pula internalisasi nilai-nilai dalam diri seseorang anak.

Perilaku bukanlah karakteristik yang kekal sifatnya tetapi dapat berubah, diubah dan berkembang sebagai hasil dari interkasi individu dengan lingkungannya. Perubahan bisa bersifat positif dan negatif. Sifat perubahan yang terjadi ditentukan oleh diri individu yang bersangkutan dan lingkungannya. Proses perubahan perilaku bukanlah proses yang sekali jadi tetapi memerlukan waktu yang relatif sifatnya. Perilaku bukan pula bawaan atau turunan tetapi lebih merupakan produk belajar, yang mencakup kawasan-kawasan kognitif, afektif dan psikomotor.

Frekuensi dan intensitas informasi yang kita peroleh akan menentukan apakah perilaku kita akan terpengaruh oleh informasi tersebut (Thorndike, Law of Repetition). Informasi yang sama, senada atau serupa yang masuk secara berulang-ulang ke dalam diri seseorang akan memberikan pengaruh yang berbeda dengan apabila informasi tersebut hanya diterima sekali. Seringkali tanpa disadari informasi tersebut terinternalisasi ke dalam diri kita dan selanjutnya terealisasikan dalam bentuk perilaku tertentu. Bahkan sesuatu informasi yang salah karena berulang-ulang disampaikan tanpa disadari akan dianggap sebagai suatu kebenaran.

Pola tingkah laku kita peroleh lewat pengalaman langsung atau lewat pengamatan terhadap tingkah laku orang lain. Kegiatan, tindakan dan tingkah laku sedikit banyak ditentukan oleh konsekuensi-konsekuensi yang kita bayangkan akan datang, baik positif maupun negatif. Apa dan bagaimana akibat yang ditimbulkan oleh suatu perbuatan akan menentukan apakah perbuatan tersebut akan diulang oleh yang bersangkutan atau tidak. Perilaku atau tindakan yang mendatangkan efek yang positif dan menyenangkan cenderung untuk dilakukan kembali di masa mendatang. Sebaliknya, perilaku atau tindakan yang memberikan efek negatif dan tidak enak cenderung untuk tidak diulangi lagi.

Pola tingkah laku kita juga kita peroleh dengan jalan mengamati tingkah laku orang lain dan melihat akibat-akibat dari tingkah laku tersebut, tanpa harus ada ganjaran maupun hukuman secara eksplisit. (Lazerson, 1975). Perbuatan/perilaku yang mendatangkan efek positif dan menyenangkan cenderung untuk ditiru. Sebaliknya, perilaku atau tindakan yang mendatangkan efek negatif cenderung untuk tidak ditiru. Perlu diingat bahwa apabila perilaku atau tindakan negatif yang seharusnya mendapatkan akibat negatif dan tidak menyenangkan tetapi kenyataannya tidak atau malah sebaliknya juga cenderung untuk ditiru.

Namun bagaimanapun deras dan berulang-ulangnya informasi yang disampaikan kepada seseorang cenderung tidak akan banyak membawa pengaruh pada perilaku-nya apabila yang bersangkutan belum/tidak siap baik secara mental maupun fisik untuk menerima dan mencerna informasi tersebut. Sehingga untuk mencegah internalisasi perilaku yang buruk diperlukan persepsi yang baik, yang dapat membedakan mana yang benar dan mana yang salah. [primz, dari berbagai sumber]

Artikel yang Berhubungan:
* Kekerasan pada Anak karena Kurang Edukasi
* Manusia yang Manusiawi

Simpan halaman ini dalam PDF?

Post artikel ini di tempat lain?Bookmark and Share

Seluruh artikel di myhealing.wordpress.com dapat Anda perbanyak dan digunakan untuk keperluan apapun, asal tetap mencantumkan sumber URL. Silakan berikan rating untuk artikel ini.

Copyright © 2007 – 2010 Stetoskop. All Rights Reserved.

One Response to “Pola Pembentukkan Sikap dan Perilaku”

  1. Kekerasan pada Anak Karena Kurang Edukasi « Stetoskop Says:

    […] menghentikan anak melakukan tindakan yang salah. Hukuman fisik ini justru bisa berakibat buruk. Bahkan, dapat mendorong anak untuk meneruskan dan meningkatkan tingkah lakunya yang salah. Ahli lainnya, Leonard D. Eron, dalam riset yang dilakukannya menunjukkan hukuman fisik malah […]


Leave a reply to Kekerasan pada Anak Karena Kurang Edukasi « Stetoskop Cancel reply