Mengoptimalkan Daya Ingat

Jika kita berbicara tentang daya ingat, maka tidak terlepas dari belajar (learning). Belajar merupakan proses untuk memperoleh informasi atau pengetahuan baru. Sedangkan daya ingat (memori) adalah proses untuk menyimpan pengetahuan yang diperoleh itu dalam jangka waktu lama agar dapat mengingatnya kembali ketika dibutuhkan. Jelas, dalam menyerap informasi dari lingkungan, kita sangat bergantung kepada kemampuan daya ingat ini.Banyak pertanyaan tentang proses mengingat yang masih belum terjawab. Hal itu dikarenakan, “Belajar dan memori merupakan fenomena yang kompleks,” kata John Byrne, Ph. D., Guru Besar dan Ketua Jurusan Neurobiologi dan Anatomi Sekolah Kedokteran Universitas Texas di Houston, AS. “Karena melibatkan seluruh bagian otak,” tambahnya.

Otak kita memerlukan beberapa langkah untuk mengingat suatu informasi. Dimulai dengan proses mencatat (register), menyimpan, kemudian mengambilnya kembali. Pencatatan akan lebih efektif apabila kita memiliki perhatian dan motivasi lebih terhadap informasi tersebut. Informasi pun akan disimpan lebih lama apabila kita sering mengingat-ingatnya kembali. Hal itu memindahkan status memori jangka pendek tersebut menjadi memori jangka panjang. Di dalam memori jangka panjang ini, informasi diatur, disusun, dan dipadatkan sehingga tertata menurut petunjuk (clue) tertentu, yang bisa dipanggil sewaktu-waktu apabila kita membutuhkannya. Tapi proses itu tidak selalu berjalan mulus, karena ada banyak penghalang yang dapat membuat informasi tersebut tidak mengendap sebagaimana mestinya.

Penghambat Proses Mengingat

Terlalu sibuk dan terlalu banyak tugas dan masalah yang harus diselesaikan bisa membuat otak kita overloaded. Terdapat sebuah penelitian yang dilakukan terhadap 15.000 manajer dan eksekutif di Insead, sebuah sekolah bisnis di Eropa. Selama lima tahun, angka yang menyatakan persoalan besar pada memori dan konsentrasi mereka meningkat dari 15% menjadi 25%. Kesibukan, seperti diungkapkan oleh dr. Michael McGannon, kepala bagian Pendidikan Bisnis Kesehatan Insead, dapat membuat seseorang tenggelam dalam suasana tertekan yang bisa berakibat buruk, yaitu kegagalan proses penyimpanan informasi.

Ancaman lainnya adalah lingkungan. Profesor James Reason dari Universitas Manchester mengatakan, timah hitam yang terdapat dalam bensin dan sumber-sumber lain dapat merusak inteligensia dan daya ingat anak-anak. “Memori seorang anak yang dalam masa pertumbuhan bisa rusak karena banyak menghirup zat beracun,” katanya.

Hal ini diamini oleh Prof. Dr. Soemarno Markam, ahli saraf FKUI-RSCM. Menurut dia, polusi bisa menyebabkan perkembangan saraf otak terganggu. Ia memberi contoh orang-orang Rusia pedesaan yang hidup di lingkungan bersih. “Hingga usia 100 pun mereka tidak pikun,” ujarnya.

Beberapa gangguan lain, medik maupun bukan, juga bisa menyebabkan orang jadi sulit menyimpan informasi sehingga mudah lupa. Contohnya tekanan darah tinggi, kurang tidur, terlalu banyak minum pil tidur, terlalu banyak minum minuman keras, dan disfungsi kelenjar tiroid. Gangguan psikologis macam depresi, kecemasan, atau sekedar kurang stimulasi, juga dapat jadi penghalang terciptanya memori baru.

Para peneliti meyakini berkurangnya jumlah neuron di otak memberikan kontribusi pada penurunan daya ingat . “Dengan laju 100.000 sel per hari,” ujar Dr. Daniel Alkon, Kepala Laboratorium Ilmu Saraf Institut Kesehatan Nasional di AS. Neuron memang tidak membelah seperti sel-sel lain. Sejalan dengan waktu, saat seseorang mencapai umur 65 atau 70, ia sudah akan kehilangan 20% dari 100 miliar neuronnya.

Faktor lain kemunduran memori bisa jadi lantaran melemahnya neuron, sehingga transmisi listrik pada sel-sel tersebut tak memadai lagi. Buktinya terlihat dari penelitian yang pernah dilakukan oleh sebuah perusahaan asuransi di Massachusetts yang menyimpulkan, gugatan malpraktek lebih banyak ditujukan kepada dokter tua dibandingkan dengan dokter muda. Dean K. Whitla (71), ahli ilmu jiwa Harvard, pernah menguji 1.000 dokter berumur antara 30 dan 80 tahun. Hasilnya, secara rata-rata dokter berusia 80-an hanya bisa mengingat setengah informasi dibandingkan dengan mereka yang berusia 30-an.

Lima Jenis Memori

Menurut Dr. Murray Grossman, ahli saraf dari Pusat Medis Universitas Pennsylvania, AS, bila ditelusuri lebih teliti berdasarkan jangka waktu keawetannya, ada lima jenis memori. Masing-masing: Semantik, Implisit, Remote, Working, dan Episodik. Semantik merupakan memori tentang makna simbol dan kata. Dengan memori ini, kita bisa membedakan anjing dengan kucing.Memori Implisit biasanya menyangkut kecakapan tertentu, seperti bersepeda, berenang.

Memori Remote merupakan gudang data, umumnya melemah sejalan dengan bertambahnya usia. Sedangkan Memori Working adalah memori jangka pendek, yang kita andalkan saat melakukan kegiatan sehari-hari, seperti mengingat bagian kalimat pertama saat lawan bicara kita sedang mengucapkan bagian kalimat kedua, sehingga kita dapat memahami apa yang ia maksud.Terakhir, memori Episodik ialah memori yang menyangkut pengalaman yang belum lama terjadi. Apa nama film yang ditonton minggu lalu, apa nama restoran yang dipesan untuk makan bareng Minggu besok, di mana kita meletakkan kacamata barusan, dst. Memori Episodik juga mengalami kemunduran dengan bertambahnya usia.

Memori Jangka Pendek dan Jangka Panjang

Otak manusia berbeda dengan komputer, meskipun analoginya memang mirip. Sama seperti komputer yang kita miliki, otak dipersenjatai dengan dua memori dasar: memori jangka pendek dan memori jangka panjang. Memori jangka pendek bisa dianalogikan dengan RAM (Random-Access Memory). Informasi yang diterima oleh panca indera, menunggu di memori kerja ini, semacam play group mental yang kemudian menguapkannya dengan segera. Informasi baru tersimpan setelah terjadi proses perubahan kimia dan listrik pada sel-sel saraf atau neuron. Memori jangka pendek memungkinkan kita untuk membuat hitungan sederhana di kepala atau mengingat nomor telepon cukup lama, meskipun begitu selesai menelepon kita mungkin sudah lupa nomor itu. Jadi, sama seperti RAM, ia juga bisa menganalisis dan menyimpan informasi tanpa membuat rekaman yang abadi. Sedangkan memori jangka panjang bertindak sebagai hard drive, secara fisik menyimpan pengalaman yang telah lewat di daerah otak yang disebut cerebral cortex (kulit luar otak).

neuron networkCortex merupakan rumah bagi belukar 100 miliar neuron yang tampilannya mirip tumbuhan merambat.Komunikasi antarsel terjadi melalui pancaran impuls-impuls kimia dan listrik. Setiap kita merasakan sesuatu – pandangan, suara, ide – , simpuls unik dari sebagian sel-sel saraf tersebut langsung aktif. Kemudian sebagian ada yang tidak kembali ke bentuk asalnya karena mereka memperkuat koneksi satu dengan lainnya.

Sebabnya, “Memori memang adalah pelbagai pola koneksi antarneuron,” kata Dr. Barry Gordon, Kepala Klinik Gangguan Memori di Sekolah Kedokteran Johns Hopkins, AS. Bila suatu memori baru diperoleh, pengkodeannya bisa melibatkan ribuan neuron yang tersebar di seluruh cortex. Tapi jika informasi baru itu tidak digunakan, pola koneksi yang baru terbentuk itu akan segera pupus kembali. Sebaliknya, jika kita berulang-ulang mengingatnya lagi, pola koneksi itu akan semakin kokoh terbentuk dalam jaringan otak.Meski demikian, keputusan untuk menyimpan atau membuang informasi biasanya dilakukan tanpa sadar, karena berada di bawah kendali hippocampus, berdasarkan pada dua pertanyaan. Pertama, apakah informasi tersebut memiliki arti emosional bagi yang bersangkutan? Nama mantan pacar akan lebih tertanam dalam memori kita daripada nama seorang menteri tertentu dalam kabinet yang usianya hanya 2 bulan.

Pertanyaan kedua, apakah informasi yang masuk berhubungan dengan hal yang sudah kita ketahui? Otak memang selalu sibuk berusaha membuat asosiasi. Hal-hal yang dianggap tidak akan berguna tidak akan disimpan di dalam memori. Dengan kata lain, masuk telinga kanan keluar telinga kiri, lupakan saja.

Dengan sistem filter ini, manusia sanggup menguasai dan melakukan analisis terhadap informasi yang diperoleh. Pada beberapa kasus istimewa, neurolog kadang menemukan orang-orang dengan memori super. Data yang betapa ruwetnya pun dapat mereka ingat. Namun, jangan kagum dulu. Umumnya daya pikir abstrak orang-orang macam ini sangat lemah. Ibarat kenal angka, mereka tak kenal makna.

Pada dasarnya daya ingat setiap orang memang bervariasi, ada yang mudah mengingat dan ada juga yang cepat lupa. Orang yang memiliki daya ingat yang kuat akan lebih mudah untuk mempelajari berbagai hal baru dan menyimpannya dalam waktu lama, untuk suatu saat dipanggil kembali saat dibutuhkan. [Primz, dari berbagai sumber]

Simpan halaman ini dalam PDF?

Post artikel ini di tempat lain? Bookmark and Share

Seluruh artikel di myhealing.wordpress.com dapat Anda perbanyak dan digunakan untuk keperluan apapun, asal tetap mencantumkan sumber URL. Silakan berikan rating untuk artikel ini.

Copyright © 2007 – 2010 Stetoskop. All Rights Reserved.
Posted in Neurology. Tags: , . 9 Comments »

9 Responses to “Mengoptimalkan Daya Ingat”

  1. rijalulghad Says:

    hurufnya kekecilan, bro!! pusing..

  2. prima almazini Says:

    @ Rijalulghad :

    Sekarang sudah direvisi =)

  3. Idhulspharm Says:

    Solusinya bro?

  4. prima almazini Says:

    @ Idhulpharm :
    Seperti tertera diatas, untuk mengoptimalkan daya ingat harus menghindari hal-hal yang bisa menghambat proses mengingat, misalnya stress, kurang tidur, dll. Selain itu juga harus mau sering mengulang-ngulang, karena sesuatu yang sering diulang-ulang koneksi antarneuronnya semakin kokoh. Apa yang sering diulang-ulang dalam pikiran, itulah yang paling akan terpatri. Semoga terjawab ya.

  5. recisy Says:

    ada terapi ringan ngak utk meningkatkan daya INget??
    Thanks

  6. s3s3p Says:

    mantap informasinya bro, thx banget, buat temen, temen yang ingin meningkatkan daya ingat hingga 1000% goba kunjungi http://www.meningkatkandayaingat.co.cc

  7. sariani dimu Says:

    thx bgt to infonya ya…


Leave a comment