Enam Rapid Test HIV yang Telah Disetujui FDA

Selain INSTI HIV-1 Antibody Test, sebelumnya sudah ada 6 buah perangkat uji cepat (rapid test) HIV lain yang telah disetujui oleh Food and Drug Administration (FDA). Inilah keenam rapid test tersebut.

OraQuick Rapid HIV-1 / 2 Antibody Test

OraQuick adalah tes antibodi yang menggunakan spesimen darah utuh (whole blood) yang diambil dari ujung jari maupun fungsi vena, cairan dari mulut dan plasma. OraQuick dapat memberikan hasil dalam 20 menit. Darah, plasma atau cairan dari mulut dicampur dalam vial dengan larutan developer dan hasilnya dibaca dari perangkat pengujian berbentuk stick. OraQuick dapat mendeteksi antibodi HIV-1 dan HIV-2.

Read Article »

Rapid Test Semakin Cepat Deteksi Antibodi HIV

Berapakah lama waktu yang diperlukan untuk mengetahui apakah seseorang mengidap virus HIV di dalam tubuhnya? Jawabannya, hanya 1 menit (60 detik) saja.

INSTI HIV-1 Antibody Test Kit

Fakta ini mengemuka setelah baru-baru ini Food and Drug Administration (FDA) Amerika Serikat menyetujui pemakaian sebuah perangkat uji cepat (rapid test) HIV buatan Laboratorium Biolytical Kanada yang diberi nama INSTI HIV-1 Antibody Test. Uji baru ini dapat memberikan hasil dalam waktu hanya 60 detik, berbeda dengan enam uji tes cepat HIV lain yang sudah ada sebelumnya, yang rata-rata memberikan hasil dalam waktu sekitar 10-20 menit.

Produsen perangkat ini telah melakukan 16.000 uji klinis dengan melibatkan sampel darah utuh, darah dari ujung jari, serum, dan plasma pada lebih dari 6000 orang pasien. Pembuatan uji ini menghabiskan waktu selama 2 tahun. Hasil percobaan klinis menunjukkan sensitivitas dan spesifisitas uji ini masing-masing sebesar 99,8% dan 99,5%.

Read Article »

RV 144: Vaksin HIV Pertama di Dunia

Pada hari Kamis 24 September 2009, Thailand resmi mengumumkan kesuksesannya dalam meneliti vaksin HIV. Vaksin baru itu diberi nama RV 144.

vaksin HIV

Pada tahun 2007, dua juta orang meninggal karena AIDS. United Nations agency UNAIDS memperkirakan, setiap hari 7.000 orang baru di seluruh dunia terinfeksi HIV.

Pada tahun 2004, banyak orang skeptis terhadap percobaan vaksin HIV terutama setelah 22 peneliti AIDS mempublikasikan sebuah editorial di majalah Science yang mengatakan bahwa penelitian vaksin AIDS hanya membuang-buang uang. Pada tahun 2007, dua percobaan dari vaksin Merck pada sekitar 4000 orang telah dihentikan sejak awal, vaksin tersebut tidak hanya gagal bekerja tetapi pada beberapa laki-laki malah meningkatkan risiko infeksi.

Dr. Anthony S. Fauci, direktur The National Institute of Allergy and Infectious Disease, mengatakan “Selama lebih dari 20 tahun terakhir, percobaan vaksin telah gagal, sekarang seperti kami telah meraba sebuah pola dalam gelap, dan pintu telah terbuka. Kita dapat mulai menanyakan beberapa pertanyaan yang sangat penting.”

Read Article »

Stop HIV-AIDS by Circumcision

circumcision

Have you ever assumed that circumcision has an important role in a reduced risk of HIV? I think many of you answer ‘No, I haven’t assumed before’, because in the past circumcision was only the part of certain religion rule, isn’t it? Recently, as the result of the XVI International AIDS Conference in Toronto 13-18 August 2006, circumcision has become one of some recommendations to enforce for preventing the spreading of HIV-AIDS.

The XVI International AIDS Conference which organized by the International AIDS Society (IAS) and the AIDS 2006 Toronto Local Host is the biennial gathering of the global AIDS community. The conference features the presentation of more than 4,500 abstracts and an array of community and cultural activities. Over 26,000 participants from more than 170 countries are in attendance included Indonesia.

The recommendation is based on a research which organized by W.B.Sateren et all, among tea plantation residents in Kericho, Kenya. HIV testing method was done by ELISA and confirmed by Western blot assay. A strong statistically significant difference in HIV prevalence was observed between the 398 uncircumcised men and the 1,321 circumcised men. The results show that circumcision was found to be a protective predictor of HIV infection. This protective effect was also observed for circumcised men compared to uncircumcised men across all strata of age groups, education, marital status, history of sexually transmitted infection, and syphilis infection status. Risk to acquire HIV-AIDS is 66% higher to uncircumcised men than circumcised men. So, let us campaign circumcision to stop spreading HIV-AIDS. (Primz)

Related articles:
* Rapid Test Semakin Cepat Mendeteksi Antibodi HIV
* Enam Rapid Test HIV yang Telah Disetujui FDA
* 1001 Jurus Melawan HIV-AIDS
* ARV, Dambaan Semua ODHA
* ARV Bangunkan Raksasa yang Tertidur

Simpan halaman ini dalam PDF?

Post artikel ini di tempat lain?Bookmark and Share

Seluruh artikel di myhealing.wordpress.com dapat Anda perbanyak dan digunakan untuk keperluan apapun, asal tetap mencantumkan sumber URL. Silakan berikan rating untuk artikel ini.

Copyright © 2007 – 2010 Stetoskop. All Rights Reserved.

1001 Jurus Melawan HIV/AIDS

Kasus HIV/AIDS berkembang pesat bak jamur di musim hujan. Bagaimana langkah dunia untuk mencegahnya?

hiv aids

Jumlah kasus HIV/AIDS di Indonesia dari tahun ke tahun semakin meningkat. Pada tahun 2006, Departemen Kesehatan RI berupaya memperkirakan jumlah kasus HIV/AIDS dengan bantuan pakar dari Australia. Hasilnya adalah jumlah kasus HIV/AIDS di Indonesia antara 170.000 sampai 210.000. Hasil ini meningkat dua kali lipat dari perkiraan pada tahun 2002. Menurut survey tersebut, peningkatan jumlah kasus HIV/AIDS di Indonesia terutama berasal dari kasus HIV/AIDS dari kelompok pengguna narkoba suntikan.

Read Article »

Posted in HIV-AIDS. Tags: , , , , . 6 Comments »

ARV, Bangunkan ‘Raksasa’ yang Tertidur

Di Amerika Serikat pada tahun 2007, terdapat 2 pasien HIV-positif didiagnosis kusta setelah pengobatan ARV. Penelitian terbaru mengungkap interaksi antara pengobatan ARV dan Mycobacterium leprae.

Penderita KustaSebelumnya, ketika HIV-AIDS pertama kali dikenal oleh dunia, kusta telah diperkirakan akan menjadi infeksi oportunistik pada penderita HIV-AIDS. Saat ini fenomena timbulnya kusta pada ODHA telah menjadi kenyataan bahkan pusat perhatian. Akan tetapi penyebab timbulnya bukan karena infeksi oportunistik, melainkan karena pengobatan ARV.


HIV-AIDS sebelumnya telah tersohor sebagai penyakit yang menimbulkan masalah yang kompleks bagi penderitanya. Infeksi virus menyebabkan sistem kekebalan tubuh pasien menurun drastis sehingga mempermudah terjadinya infeksi oportunistik pada berbagai sistem organ tubuh pasien. Tak terbayangkan apabila penderitaan ODHA ini ditambah lagi dengan masalah yang disebabkan oleh kusta. Penyakit kusta sendiri merupakan penyakit yang ditakuti oleh masyarakat dan masih dianggap sebagai penyakit kutukan karena gejala klinisnya yang dianggap mengerikan. Masalah yang timbul bukan saja dari segi medis melainkan juga meluas menjadi masalah sosial.

Read Article »

Posted in HIV-AIDS. Tags: , , , , , . 1 Comment »

ARV, Dambaan Semua ODHA

Kematian menjadi ancaman serius bagi ODHA di sepanjang usia hidupnya. Prevalensi ODHA yang meningkat harus diimbangi upaya penyediaan ARV yang merata dan terus menerus untuk menyelamatkan kehidupan mereka.

AntiretroviralDi Indonesia, angka prevalensi HIV/AIDS pada subpopulasi beresiko tinggi telah melebihi 5%. Hingga Juni 2005, tercatat jumlah penderita AIDS sebanyak 3.358 orang. Tetapi penderita yang sebenarnya diperkirakan mencapai 103.971 orang. Ancaman epidemi telah terlihat melalui data infeksi yang terus meningkat di kalangan kelompok beresiko tinggi. Diperkirakan pada tahun 2010 akan ada sekitar 110.000 orang yang menderita atau meninggal karena AIDS, serta 1-5 juta orang yang mengidap virus HIV.

Read Article »

Posted in HIV-AIDS. Tags: , , , . 3 Comments »